Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Perayaan Syukur HUT Kemerdekaan RI Ke-73 Paroki St. Dominic, Lahad Datu 2018

Gambar
Barisan AJP Komiti Pastoral Indonesia bersama uskup Sensi, Romo Edu dan Fr, Simon 100 % KATOLIK – 100 % INDONESIA Itulah semboyan yang dicetuskan oleh Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ (seorang Vicar Apostolik dan menjadi pahlawan Katolik yang pertama dari Indonesia, 1896 -1963) yang kembali didengungkan oleh Mgr. Vincentius Sensi Potokota dalam homilinya pada misa syukur kunjungannya ke umat Katolik Indonesia di Paroki St. Dominic pada 19 Agustus 2018 dalam rangka/sempena Sambutan HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke – 73 pada perayaan syukur Misa Kudus. “Memahami Secara Singkat Makna   100% Katolik - 100% Indonesia” Ketika Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ, mencanangkan ide tersebut, maksudnya sederhana yaitu mengajak orang Indonesia yang Katolik, menjadi Gereja Katolik Indonesia. Artinya, ya benar-benar orang Katolik, alias 100% Katolik, tetapi juga tetap orang Indonesia 100%. Dengan cara itu Gereja Katolik (yang terdiri

KEMANAKAH ENGKAU HENDAK PERGI?

Gambar
  Kemanakah Engkau Hendak Pergi? Adalah Caesar Nero yang telah membakar habis setengah kota Roma demi memuaskan ‘jiwa seninya’ dan menuduh orang-orang Kristen sebagai pelaku pembakaran massal di awal abad masehi itu. Tak pelak, darah dan asa orang-orang yang mengaku Kristen tumpah tercecer di sudut-sudut kota megapolitan tersebut. Ribuan matahari telah lewat ketika Petrus – Sang Rasul Agung – yang kini telah renta dimakan usia tertatih-tatih menyusuri jalan keluar dari Roma. Petrus yang namanya berarti ‘batu karang’ telah dipilih sendiri oleh Kristus untuk menjadi primus inter pares – ‘yang pertama dari antara yang utama’, menjadi pemimpin Para Rasul dan Gereja Semesta. Para murid yang lain dengan penuh semangat memutar akal untuk melarikan Petrus terkasih dari badai maut. Petrus sendiri remuk karena Gerejayang dibangunnya kini sedang binasa. Ia mengaduh ditelan keragu-raguan dan ketakutan. Petrus diam-diam bergidik ngeri – sengeri dahulu, ketika Gurunya ditangkap dan disiksa