Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

AYAH DAN IBU, PAHLAWANKU

Gambar
"Ayah dan Ibu, Pahlawanku" Ayahku seorang tukang becak. Ibuku seorang penjual gorengan keliling. Mereka tak punya ijazah SD, keduanya terhenti pada tahun ketiga, karena tuntutan ekonomi. Mereka tak ingat tanggal lahirnya, tanggal pernikahan, bahkan tanggal lahirku dan adikku. Mereka hanya tahu bagaimana caranya hidup dan mensyukuri hidup itu. Aku anak sulung dari dua bersaudara, adik perempuanku bernama Sesilia. Ia selalu membantu ibuku membuat kue dan gorengan untuk dijual. Sementara aku.. Aku membantu mereka dengan menjual koran. Aku menjadi penjual koran sejak masih duduk di kelas 2 SD. Selain menjual koran, aku juga sering menjual minuman di Lampu Merah. Orang tuaku adalah orang Katolik yang sangat taat. Setiap pagi, mereka pergi ke Gereja untuk mengikuti Perayaan Ekaristi. Mereka juga selalu membawaku dan Sesilia. Aku selalu ingat, ayahku pernah berkata bahwa meskipun hidup kita miskin, tapi iman kita tidak boleh miskin. Kami tinggal di sebuah rumah tua

MENGENANG GETSEMANI

Gambar
MENGENANG GETSEMANI Di batas senja ini, di batas kota ini, aku merindukanmu, aku mengenangmu. Getsemani, pemilik hatiku, pemilik cintaku. Bayanganmu tak kunjung pergi dari pelupuk mataku. Suaramu tak kunjung sirna dari daun telingaku. Cintamu tak kunjung padam menerangi sanubariku. Ah, Getsemani, aku mencintaimu. Ingin rasanya aku menemui engkau, yang kini entah ada dimana. Ingin rasanya aku memelukmu, melepaskan segala kerinduan yang memenuhi seluruh ruang hatiku. Ah, Getsemani aku sangat merindukanmu. "Frater, apa yang kau pikirkan?" suara itu membuyarkan segala lamunanku, mengakhiri segala khayalanku. "Getsemani." jawabku singkat. "Siapa itu Getsemani?" "Kekasihku." "Hahaha... Kekasih? Sadarlah Kalvari. Kau ini seorang calon Imam, kau bukan pria biasa." "Aku tahu." "Lalu mengapa kau masih mencintai gadis itu?" "Gadis?" "Iya, Getsemani, gadismu." "Aku tidak t

KISAH CINTAKU

Gambar
KISAH CINTAKU  Aku menyusuri lorong-lorong Rumah Sakit itu, mengikuti kehendak hatiku yang terdorong oleh belas kasih akan sahabatku, Frater Dionisius, yang mengalami kecelakaan siang itu. Tiba-tiba, HPku bergetar, menandakan ada sms yang datang. Segera kubuka HPku, hingga tak sengaja aku... "Yesus." spontan seorang wanita dengan nada yang agak tinggi sedikit berteriak. Aku terkejut. Ternyata, aku tak sengaja menabrak wanita itu, yang ternyata seorang Biarawati. Tapi, yang membuatku terkejut bukan karena aku menabrak seorang Biarawati, namun karena aku mengenal sosok wanita itu. "Inri." Iya terdiam. Matanya seolah mengawasiku. "Riel?" serunya setengah kaget. "Apa kau adalah Riel?" Aku tersenyum, dan mengangguk. "Apa yang sedang kau lakukan di sini?" "Aku ingin menjenguk sahabatku, Frater Dionisius, yang mengalami kecelakaan siang tadi." "Aku baru saja keluar dari kamarnya." "Kau mengen