"Jadilah Perantau Katolik Yang Bermartabat"

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA – 72

‘’Jadilah perantau Katolik yang bermartabat”

Perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-72 memang telah berlalu. Namun, keseruan berbagai acara dan lomba 17 Agustusan (lomba perayaan kemerdekaan) yang telah berlangsung di berbagai daerah masih membanjiri jejaring sosial. Berbagai macam acara sambutan perayaan ini di seluruh daerah di Tanah Air pun telah dirayakan dengan begitu meriah dengan bernuansakan adat dan budaya setempat.
Begitupun juga umat Indonesia di Paroki St. Dominic Lahad Datu, Sabah, Malaysia. Perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus setiap tahun, di sambut oleh umat paroki St. Dominic tahun ini pada 20 Agustus tepat pada hari Minggu (hari libur kerja) untuk memudahkan umat-umat yang jauh agar bisa turut hadir dan merayakannya. Sambutan Dirgahayu Republik Indonesia ke 72, tahun ini di sambut agak sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini sambutan HUT RI ke 72 di sambut dalam dua acara besar yaitu Konser HUT RI pada (19/8) oleh Fajar Band yang diundang khas dari Flores, NTT  dan Perayaan Syukur atas kemerdekaan dalam Misa Kudus pada 20/8 pukul 9 pagi, disusuli dengan acara pentas kira-kira pukul 11.30 pagi hingga 7 malam yang tidak kalah meriahnya.  

Sebelumnya sudah sejak lama, kira-kira setahun yang lalu komiti penganjur acara sambutan HUT RI ke 72 ini yakni “Komiti Pastoral Indonesia” (KPI) telah merencanakan untuk mengundang sebuah grup band dari Flores untuk memeriahkan lagi sambutan perayaan ini sekaligus menggalang dana bagi pembangunan Dewan Ibadat yang baru di Gereja Katolik St, Dominic. Rencana tersebut akhirnya dibawa bincang oleh Ketua KPI, Bpk. Petrus Dalu bersama Rektor Paroki yaitu Fr. Simon Kontou untuk mendapat pandangan dari beliau. Menerima “lampu hijau” dari Rektor Paroki, KPI langsung duduk musawarah (Meeting) untuk kelanjutan rencana ini. KPI pada waktu itu belum begitu jelas akan mengundang grup band siapa yang akan datang ke Lahad Datu. Akhirnya dengan kerjasama dari Komisi Pastoral Migran & Perantau (KMP) Keuskupan Larantuka melalui Romo Lukas Laba Erap maka rencana tersebut semakin jelas kelihatan. Dan akhirnya melalui kesepakatan bersama dari Paroki St. Dominic, KPI dan KMP Keuskupan Larantuka, maka pada bulan Mei 2017 kemarin telah dikonfirmasi langsung oleh Ketua KMP yaitu Romo Lukas sendiri bahwa dia akan membawa sebuah grup band dari Flores yakni Fajar Band atau disingkat menjadi FB ini untuk datang dan mengadakan konser sambutan HUT RI ini di luar Indonesia yakni di Sabah, Malaysia, tepatnya di Lahad Datu.

“LAHAD DATU yang pertama membuka jalan” . ungkapan ini menjadi buah bibir dikalangan umat Indonesia di Lahad Datu akan kehadiran grup band FB ini. Banyak yang tidak percaya akan kehadiran nyata mereka di Lahad Datu, khususnya orang-orang Flores di beberapa daerah di Sabah misalnya Tawau dan Kota Kinabalu. Kehadiran mereka selain membuka jalan bagi konser mereka di daerah-daerah lain di Sabah yang mungkin akan mengundang mereka namun yang lebih penting dari itu adalah menjalinkan koneksi atau hubungan antara para perantau Flores di Malaysia dengan Gereja Katolik dan kampung halaman mereka sendiri bahwa mereka tidak dilupakan dan tidak melupakan.
Keantusiasan para grup FB dalam undangan ini jelas terpancar dari wajah-wajah mereka yang terlihat langsung di media sosial beberapa waktu lalu khususnya facebook setelah dikonfirmasi kedatangan mereka ke Paroki Lahad Datu. Antusiasme mereka juga semakin bertambah setelah bro Elton Susanto dari Tim Promosi mempromosikan kehadiran mereka dalam bentuk poster di media facebook dan grup-grup WhatsApp. Keantusiasan juga muncul dikalangan para penggemarnya khususnya orang-orang Flores, NTT di Sabah.

Konser yang berlangsung lebih kurang 5 jam itu diawali dengan doa dan berkat yang dipimpin langsung oleh Rektor paroki, Fr. Simon Kontou, selepas doa dan berkat Father Simon memberikan kata-kata sambutan dan dukungan beliau terhadap acara-acara seperti ini. “Semoga Sukses” kata Father Simon menutupi ucapannya.

Semua personil FB pun diundang naik ke pentas oleh MC pada malam itu yaitu Bob Reymond dan Juliana Hendrikus. Lagu-lagu yang mereka suguhkan sangat mengesankan bagi umat-umat Indonesia yang hadir saat itu dan juga umat-umat Filipino dan Kadazan Dusun. Lagu Tagalog “Pangako Sayo” (janjiku padamu) & Kadazan Dusun  “Proton Saga Kelabu”  pun terlantun dari suara Edi Lasaren penyanyi dari grup FB ini yang semakin menambah meriah suasana. Para penggemar lagu Proton Saga Kelabu pun tampil kedepan dan menari beramai-ramai.  Lagu-lagu khas Flores yang lebih banyak di nyanyikan semakin membuat mata berkaca-kaca. Hal inipun bertambah dan terlihat jelas dari beberapa ibu yang menangis ketika Michelle personil wanita dari grup ini menyanyikan “lagu Ina” (Mama)

Dipertengahan performance, salah seorang personil FB; Nus Bahy atau lebih dikenal dengan Nuzantara Bahy meraih microphone dan memberi sedikit ucapan bagi anak rantau “selamat malam Lahad Datu… sedikit pesan dari kami buat bapa mama, kaka ade yang merantau, jadilah perantau yang bermartabat. Kami dari jauh-jauh datang untuk menemui kalian dan menyumbang bagi Gereja disini, kenapa kalian tidak??? Ungkap si ‘pemain drum’ tersebut yang membuat seluruh hadirin terdiam dan akhirnya memberikan applause yang gemuruh. Pernyataannya itu ditegaskan kembali oleh Romo Lukas “Jadilah Perantau Katolik yang bermartabat” .

Dalam kemeriahan setiap acara pasti ada hal-hal yang sedikit mengecewakan. Begitu juga dengan konser FB. Jualan tiket kurang sambutan dan agak disayangkan karna banyak pemesan tiket yang tidak hadir pada malam itu karna ada beberapa hal yang tidak bisa dielakan kata para pemesan tiket kepada Tim Penjual Tiket, ada juga alasan lain misalnya tidak memiliki dokumen (passport) dan dokumen yang sedang diperbaharui, dan ada yang diluar daerah yang tidak sempat hadir. Namun sambutannya cukup meriah juga. “Ini dikira sudah cukup luar biasa untuk julung kalinya konser ini diadakan diluar Negara, karna sebelum ini tidak pernah mereka ke luar negara, jadi ini dikira oke sudah”  kata Bapak Thomas Nilan waktu ngobrol-ngobrol di rumahnya.  Tiket yang telah dicetak sebanyak dua ribu keping, seribu lima ratus untuk dewasa dan lima ratus untuk remaja dan anak-anak tidak habis terjual. Namun itu semua tidak menyurutkan semangat Fajar Band dan AJP (Ahli Jawatan Pelayanan) Komiti Pastoral Indonesia. Kira-kira yang datang pada malam itu sekitar seribu tiga ratusan.

Kemeriahan sambutan HUT RI ke 72 mencapai puncaknya pada perayaan syukur atas kemerdekaan keesokan harinya 20 Agustus dalam Misa Kudus. Misa yang bernuansakan budaya serta warna merah putih itu semakin membangkitkan semangat Nasionalisme pada warga Indonesia di Paroki Lahad Datu.
Dalam homilinya, Romo Lukas berkata: ‘’Gereja adalah ibu kita, Gereja adalah Rumah kita bersama, kemanapun kita merantau, jangan lupa pada ‘’Ibu’’ kita, jangan lupa pada ‘’Rumah’’ kita. Harus bersama-sama menjaga keharmonisan diantara semua warga gereja yang multikultur, kerjasama dan saling menghargai dan menyayangi satu sama lain. Syukur atas kemerdekaan yang kita kecapi selama ini dan sebagai umat perantau, kita bersyukur kepada Paroki ini yang memberi kesempatan bagi kita umat warga Indonesia untuk menyambut HUT RI disini.

Sebelum menerima berkat penutup, Romo Lukas sekali lagi diberi kesempatan untuk memberikan sedikit ucapan. Begitu juga Fr. Simon dan Pengerusi KPI.
Dalam ucapannya, Romo Lukas merakamkankan syukur, apresiasi dan kasihnya kepada Paderi Paroki, semua umat tempatan dan semua komiti yang ada di Paroki St. Dominic, Lahad datu. Ungkapnya; “Selamat merayakan HUT RI ke 72 bagi semua warga Indonesia… ketika dapat surat dari Fr. Simon dan juga KPI, saya berpikir ini bukan untuk jalan-jalan, makan angin atau melancong, tapi lebih lagi sebagai bagian dari merasa sebagai satu keluarga, merasa sebagai umat disini, juga mengambil bagian dalam tanggungjawab untuk paroki ini karna kedua Paderi sudah bertanggungjawab banyak untuk umat dari Timor, umumnya umat Indonesia. Ini adalah bentuk apresiasi atau penghargaan saya untuk paderi disini untuk pelayanan yang sudah dijalankan. Saya merasakan paroki St. Dominic sebagai rumah kedua, saya juga merasa nyaman disini. Dulu waktu pertama kali datang saya merasa masih malu-malu namun sekarang sudah tidak lagi; katanya sambil tertawa kecil. Ia melanjutkan dengan menyeru kepada semua umat Indonesia “bagi bapa ibu sekalian khusus umat Indonesia untuk terlibat, bersaudara dan bertumbuh kembang dalam paroki ini. Paroki ini sudah sangat baik dan menerima kita jadi kalau bisa kita juga berkontribusi untuk pembangunan gereja kita, tidak hanya hadir dalam perayaan namun turut berkontribusi dalam pembangunan gereja khususnya dewan kita. Kita harus bersama-sama bertanggungjawab. Bukan hanya hadir misa dan pulang tetapi turut serta dalam pembangunan dewan kita dalam sumbangan-sumbangan dalam bentuk uang dan materi yang lain. Saya atas nama uskup saya dan para romo dari Nusa Tenggara, saya ucapkan banyak terima kasih atas undangan atau jemputannya kesini dan perayaan hari ini, tidak lupa juga terima kasih untuk komiti-komiti lain di Paroki ini yang sudah bekerja sama., kami pikir perayaan ini eksklusif untuk umat dari Indonesia tetapi kita sekalian sama-sama berkontribusi untuk paroki ini. Kami juga memohon maaf jika kehadiran kami mengganggu aktiviti rutinitas di paroki ini kami sampaikan permohonan maaf. Permohonan maaf juga mungkin dalam penampilan kami bersama saudara/i dari Fajar Band yang mungkin kurang memuaskan hati kita sekalian dalam keterbatasan kami, kami sampaikan permohonan maaf”. Tutupnya sambil berkata “Semoga kita saling mendukung dan bertemu lagi di tahun-tahun yang akan datang’’.

Setelah selesai memberikan ucapan, kesempatan diberikan kepada Fr. Simon untuk memberikan sepatah dua kata dalam sambutan HUT RI kali ini.
“Syukur dan terima kasih kepada Allah karena kita dapat merayakan perayaan Ekaristi pada hari ini sempena dengan Perayaan HUT RI ke 72 yang kita rayakan pada hari ini. Atas rahmat Tuhan juga Romo Lukas dapat bersama-sama dengan kita pada hari ini di Paroki ini. Semua ini juga adalah berkat Tuhan untuk kita semua di Paroki ini, karena itu kita bersyukur kepada Allah yang Mahabaik. Dan kesempatan ini juga saya ucapkan ribuan terima kasih kepada Bapa Uskup Keuskupan Larantuka karena mengizinkan Romo Lukas untuk datang bersama-sama dengan kita. Kalau Bapa Uskup tidak mengizinkan Romo Lukas, maka Romo Lukas tidak akan bersama-sama dengan kita pada hari ini. Tahun ini sangat istimewa sekali karena kehadiran Romo Lukas diiringi oleh kumpulan Fajar Band yang telah menghibur kita pada malam tadi dengan persembahan yang luar biasa, yang hebat, sehingga yang hadir merasa sangat terhibur. Terima kasih kepada fajar Band yang sudi memenuhi undangan kami. Kehadiran kamu disini adalah bentuk keprihatinan kamu terhadap umat paroki Santo Dominic. Lanjutnya; “Tuhan itu baik, kita datang dari berbagai suku dan bangsa. Kita selalu mendengar Sabda Tuhan bahwa Tuhan mau menyelamatkan semua orang tanpa mengira asal usulnya. Keselamatan yang Tuhan bawa itu bersifat universalis dan begitu juga Gereja. Gereja itu bersifat universalis artinya semua tanpa mengira suku dan bangsa setiap zaman, setiap masa. Sama seperti Tuhan menerima kita, begitu juga Gereja menerima kita tanpa mengira asal usul kita. Jadi bagi orang-orang dari Indonesia, mungkin kamu merasakan kamu adalah perantau, kamu adalah orang asing di wilayah Sabah ini., tetapi dalam Paroki, dalam Gereja, kamu bukan orang asing. Ketahuilah semua kita disini tanpa mengira asal usul kita, dari Filipina, Sabah dan dari Indonesia, kamu adalah warga Gereja , kamu adalah warga Paroki Santo Dominic. Gereja Paroki Santo Dominic, bisa maju kehadapan, bisa berkembang karna kerjasama kamu semua warga Paroki St. Dominic. Terakhir sekali saya ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada kamu semua warga paroki ini atas dukungan atau sokongan kamu atas semua program, aktivitas yang kita jalankan di Gereja kita. Terima kasih juga buat pembantu saya Fr. Marcel yang saat ini berada di luar stasi, beliau yang selama ini bersama-sama dengan KPI dalam persiapan mereka. Terima kasih juga buat kedua sister kita dan juga Komiti Pastoral Indonesia diatas perjuangan kalian, teruskan perjuangan kalian. Terima kasih juga buat semua umat yang hadir disini yang memberikan dukungan, selepas ini marilah kita terus bersatu, bersama merayakan HUT RI ke 72 ini. Jangan lupa, dalam Gereja kita adalah satu maka marilah menyatakan kesatuan kita dengan bersama-sama merayakan HUT RI ini. Semoga Tuhan memberkati kita semua. Terima kasih.

Kesempatan juga diberikan kepada Pengerusi Komiti Pastoral Indonesia, Bpk. Petrus Dalu untuk memberikan sedikit ucapan.

” Shalom dan Salam Damai saudara saudari yang seiman dalam Kristus. Syukur kepada Tuhan atas anugerah-Nya kepada kita semua karena dapat merayakan misa kesyukuran sempena hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke 72 di Gereja Santo Dominic.
Pertama sekali saya mewakili semua AJP Komiti Pastoral Indonesia dan semua lapisan umat warga Indonesia dari pelbagai suku dan bangsa dalam paroki St. Dominic merakamkan ribuan terima kasih terutama kepada Rev.Fr Simon Kontou paderiparoki, Rev. Fr Marcelinus Pongking pembantu paderi karena terus menerus menyokong dan member peluang kepada kami umatnya Indonesia untuk merayakan hari yang penuh bersejarah ini, kami sememangnya bertuah karena berada d paroki yang tercinta ini paroki St. Dominic.
Juga yang sangat kami sanjung dan hormati Keuskupan Larantuka Flores Indonesia yang di pimpin oleh Bapa Uskup Fransiskus Kopong Kung karena sangat memahami dan mengambil berat tentang apa keinginan dan kemahuan para migrant dan perantau khusus di Lahad Datu, Sabah sehingga mengirim utusannya Romo Lukas Laba Erap sekali lagi datang untuk mengunjungi kami, bercerita , berbincang dan bersenda gurau bersama.

Selaku Pengerusi Penganjur,saya juga merakamkan berbanyak-banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung tak lupa juga kepada kedua sister semua ahli MPP,pejabat gereja dan semua komiti-komiti gereja , KKD-KKD yang turut menyokong Komiti Pastoral Indonesia untuk menjayakan program ini.
Dan tak lupa kepada semua penderma berupa wang tunai ,barangan electrical dll…
Karena kamulah separuh dari kejayaan ini. Saya percaya ini semua dapat kita rayakan dengan jayanya karena adanya campur tangan dari KuasaRoh Kudus.
Akhir kata, kami selaku penganjur memohon kemaafan yang tak terhingga, sekiranya terdapat kecacatan dan kekurangan sepanjang perjalanan perayaan ini.
Sekali lagi saya menyeruh kepada semua kita yang hadir disini; walaupun kitadari berbagai-bagai komiti namun kita tetap satu dalam Paroki St.Dominic .

Sekian dan terima kasih, SelamatMenyambut Hari KemerdekaanRepublik Indonesia yang ke 72”

Kemeriahan perayaan ini terus berlanjut sampai kepada acara-acara pentas, sukan tradisi dan hadiah-hadiah yang lumayan bagi pemenang tiket-tiket bertuah.
Acara pentas yang didahului dengan 3 tarian jemputan dari 3 suku kaum mayoritas di Paroki ini, yaitu Tarian dari suku kaum Filipino yang pertama dari depan gereja sampai di bangunan dewan lama, sampai disitu mereka disambut lagi dengan tarian jemputan dari suku kaum Kadazan Dusun yang membawa mereka sampai ke depan gapura (pintu gerbang).  Para rombongan tersebut antara lain Father Simon, Romo Lukas, para MPP, orang-orang ternama dan juga para personil Fajar Band. Ketika mereka semua tiba di pintu gerbang acara gunting pita dilanjutkan. Dua buah gunting yang di pegang oleh kedua imam tersebut menandakan kerja sama dan perayaan kita bersama sebagai umat separoki. Setelah pita digunting, acara selanjutnya adalah pemakaian baju tradisi oleh kedua imam tersebut. Fr. Simon memakaikan baju tradisi suku kaum Kadazan kepada Romo Lukas dari Flores dan sebaliknya Romo Lukas memakaikan baju dari sarung tenunan daerah Flores dari motif Adonara yang siap dijahit kepada Father Simon. Setelah keduanya menukar pakaian tradisi, bunyi gong bersahut-sahutan mengiringi penari Hedung & Seleng untuk membawa rombongan itu masuk ke pentas yang didahului dengan 3 OMK pembawa bendera merah putih.
Disepanjang lorong masuk ke pentas utama, para OMK yang mengenakan pakaian tradisi dari masing-masing daerah sudah bersiaga di sepanjang lorong masuk dengan membuat pagar hidup di kedua-dua jalur sambil memegang bendera Merah Putih yang panjang. Setelah sampai di depan pentas, para penari Seleng & Hedung berhenti dan para barisan OMK yang berkostum tradisi itu mengambil barisan paling depan sambil menanti pengibaran bendera yang diiringi Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya” setelah selesai penghormatan bendera, diteruskan dengan lagu “Mengheningkan Cipta”  sebuah lagu wajib untuk mengenang para pahlawan yang telah gugur di medan perang. Para hadirinpun dimohon untuk menundukkan kepala. Setelah selesai penghormatan bendera, acara dilanjutkan dengan ucapan sambutan dari Paderi Paroki, pemotongan kek HUT RI, persembahan pembuka acara “Tarian Rampai se-Nusantara” oleh OMK St. Dominic dan disusuli dengan acara-acara lain yang telah disediakan.  

Suasana semakin meriah ketika grup Fajar Band pun diminta untuk tampil sekali lagi pada pertengahan acara dengan membawakan lagu-lagu yang membangkitkan semangat perayaan. Misalanya lagu-lagu bermusik ”Regae, Dangdut dan Ja’i’’. Tidak ketinggalan juga lagu popoler dari kaum Dusun yaitu lagu “Proton Saga Kelabu” lagu ini membuat para hadirin tumpah ruah di area pentas sambil menari “Sumazau” sebuah tarian tradisional dari kaum Kadazan Dusun. Suasana semakin heboh karna disetiap sudut area perayaan para umat berkumpul sambil menari riang gembira berbekalkan musik dari tampilan Fajar Band yang menyuguhkan lagu-lagu Joget.
Acara pentas dan semua program perayaan HUT RI ke 72 berakhir dengan doa dan berkat penutup oleh Paderi Paroki, Fr. Simon Kontou kira-kira pukul 6.00 sore. Selesai doa dan berkat penutup, umat yang masih dihipnotis dengan suasana perayaan dan lagu-lagu “rancak” masih menari-nari. Ada yang membersihkan tempat, mengembalikan kerusi dll. Perayaan ini sungguh meriah sekali karna melibatkan semua kaum yang bernaung dibawah Paroki St. Dominic, Lahad Datu. Semoga perayaan seperti ini dapat menyatukan semua umat paroki yang multikultural agar Visi dan Misi Diosis dapat dicapai, karena ini adalah harapan kita bersama.  

Kumpulan Fajar Band yang kurang lebih 2 minggu “live in” di paroki Lahad Datu telah memberikan banyak sumbangan bagi paroki ini. Kehadiran mereka sangat disyukuri oleh Paderi Paroki dan tentunya juga semua umat Katolik di paroki ini. Ungkapan itu kembali dinyatakan oleh Paderi Paroki pada malam perpisahan bersama grup Fajar Band pada 25 Agustus 2017 sebelum keberangkatan mereka pada 26 besoknya. Acara perpisahan yang diadakan di pelataran gereja itu dihadiri oleh beberapa umat paroki kurang lebih 100 orang, tidak hanya umat dari Indonesia tetapi juga umat tempatan dan beberapa dari Filipino.
”Saya merasa sangat luar biasa sekali yah.., karena ini adalah kali pertama saya mengalami pengalaman di luar Negara bersama umat dari Sabah dan Filipino, sekaligus bertemu teman, keluarga dan umat dari Flores yang merupakan daerah saya dan umumya umat dari Indonesia. Ini merupakan hal yang sangat luar biasa dan sukar dilupakan, ini juga menjadi motivasi kami kedepan untuk terus berkarya bagi gereja dan bangsa dalam bidang musik” kata Nus Bahy salah seorang personil Fajar Band.
Semua personil Fajar Band juga diminta untuk meluahkan perasaan mereka saat ‘live in’ di paroki Lahad Datu. Dan semuanya mengatakan luar biasa dan syukur kepada Allah Bapa, semuanya memberikan tanggapan positif.
Ningrat Ratu Loly Salah satu dari 6 personil Fajar Band yang adalah seorang Muslim asal Lembata, Flores. “saya berterima kasih dan merasa bangga karna diundang kesini untuk bersama-sama berkontribusi bagi pembangunan dewan ibadat. Walaupun saya seorang Muslim tapi saya seorang Flores, dan sudah sepantasnya saya turut menyumbangkan sesuatu bagi saudara-saudari saya dari Flores di perantauan ini. Kami di Flores, dalam hal toleransi antar umat beragama sudah tidak diragukan lagi. Hal ini sudah menjadi “barang makan minum” di daerah kami”. Ujarnya.
Acara perpisahan bersama Fajar Band ditutup dengan doa oleh Fr. Simon sekitar pukul 10.00 malam setelah makan bersama dan pemberian sedikit cendera kenangan dari Paderi Paroki dan umat yang datang.

Oleh: Elton Susanto

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sederet Puisi Kurangkaikan Untukmu "JUNI”

MENGAPA BUNDA MARIA DI SEBUT HAWA YANG BARU?

MENGENANG GETSEMANI